ANIMASI SITE PLAN - KTM CAHAYA BARU

December 28, 2008

TUGU PUSAT KTM CAHAYA MANDIRI

Baca seterusnya........

November 28, 2008

Datang Jadi Sopir Pulang Bawa Franchise

Tidak semua perjalanan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri berujung dengan penderitaan. Banyak juga kisah sukses mengenai pahlawan devisa ini di berbagai Negara.

Sepuluh tahun mencari Dollar di negeri Paman Sam benar-nbenar menjadibahan pembelajaran bagi seorang Ali Assegaf. Mamak begitu ia sering disapa datang sebagai TKI mandiri ke Amerika Serikat, seperti kebanyakan pendatang di sana.

Dia pun bekerja serabutan, mulai dari sopir, buruh pabrik, hingga pegawai restoran pernah dilakoninya. Dari pengalaman kerja inilah, ia mengenal banyak orang dari pelbagai kalangan, termasuk para pejabat Konsulat Republik Indonesia di Los Angeles Kemampuan melobi dan pergaulannya yang luas sehingga ia dipercaya menjadi tenaga profesional di Indonesia Tourism Centre (ITC) selama 5 tahun. ITC sendiri lembaga promosi pariwisata di bawah Departemen Pariwisata RI yang berkantor di Konsulat Jenderal RI Los Angeles, California.

Selain itu, ia sempat mengelola usaha tiket bersama istrinya yang berkebangsaan Filipina. Bahkan pada tahun 90-an ia terhitung orang Indonesia pertama yang membuka usaha penjualan tiket. Tak heran, mulai para pejabat Konjen RI hingga TKI yang mau pulang ke tanah air, menjadi pelanggannya.

Tahun 2002 Ali memutuskan untuk pindah ke Indonesia, ia telah mengantongi izin pendidikan bahasa Inggris dari amerika yaitu English Language School Center (ELC). Dengan izin itu kini ia bisa membuka dan memberikan izin bagi siapa saja yang akan membuka kursus bahasa Inggris dengan kurikulum standar Amerika.

Kini sehari-hari ia mengelola kursus ELC di kawasan Jakarta Selatan. Untuk menjaga kualitas pengajaran tak tanggung-tanggung ia merekrut ekspatriat dari Eropa dan Amerika .

Kegundahan melihat nasib TKI membuat ia tergugah untuk mengadakan pelatihan peningkatan karir bagi mereka. Ia berencana membuat tiga modul pelatihan TKI, yaitu pelatihan TKI untuk Penata Laksana Rumah Tangga (PRLT), pelatihan TKI untuk babbysitter, dan pelatihan TKI untuk terapi kesehatan.

Dengan digulirkannya program ini diharapkan nanti TKI yang dikirim ke luar negeri naik martabatnya dan tidak selamanya menjadi PRLT. Peningkatan jenjang karir TKI ini status mereka pun berubah dari TKI informal ketika babysitter, mereka sudah menjadi TKI formal.

(Rahmat Saepulloh/jpnn)

sumber : http://www.karir-up.com/2008/11/datang-jadi-sopir-pulang-bawa-franchise/

Baca seterusnya........

November 14, 2008

TRANSMIGRASI MASA LALU

Pembangunan transmigrasi masa lalu penting dikemukakan disini mengingat acapkali kesalahan sejarah itu terulang kembali. Sehingga agar tidak terjadi kesalahan yang sama, maka pembangunan transmigrasi yang berwawasan tertentu harus dipelajari.

Kalau kita lihat sejarah istilah transmigrasi pertama kali dikemukakan oleh Bung Karno pada tahun 1927 dalam Harian Soeloeh Indonesia. Kemudian Egbert de Vries pakar berkebangsaan Belanda pada tahun 1934, selanjutnya Bung Hatta dalam Konferensi Ekonomi di Yogyakarta pada tanggal 3 Februari 1946.

Kemudian pada jaman pemerintahan Hindia Belanda kegiatan transmigrasi disebut kolonisasi, walaupun pada akhirnya Belanda juga mulai menggunakan istilah yang sering dikemukakan kedua tokoh founding father itu. Transmigrasi diartikan pada masa itu sebagai program pemindahan penduduk yang menyeberangi laut (trans), dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa. Dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pembangunan daerah-daerah di luar pulau Jawa.

Terlihat disitu bahwa pemerintah Indonesia menjelang kemerdekaan memutuskan untuk melanjutkan program tersebut dengan tujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar lebih kokoh lagi melalui berbauran antar etnis. Dan itu berlanjut sampai reformasi yang dimulai sejak tahun 1998.

DI ALAM KEMERDEKAAN

Yang menjadi landasan penyelenggaraan transmigrasi adalah langsung dari UUD-1945, kemudian dijabarkan dalam Keputusan Menteri, sehingga tujuan transmigrasi terkesan menjadi sangat luas. Kemudian pada tahun 1960 berhasil dirumuskan PERPU Nomor 29, tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi. Dalam PERPU tujuan penyelenggaraan transmigrasi dibatasi atau dipersempit pada hal-hal yang menyangkut: keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat dan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan jalan :

Membuka sumber-sumber alam dan mengusahakan tanah secara teratur;
Mengurangi tekanan penduduk di daerah-daerah padat penduduk dan mengisidaerah kosong atau tipis penduduk.

DI ERA REFORMASI DAN LIBERALISASI

Pada era reformasi dan liberalisasi bentuk pemerintahan berwujud menjadi otonomi daerah. Satu tahun menjelang era reformasi dan liberalisasi tersebut lahirlah Undang-Undang R.I. Nomor 15 Tahun 1997, tentang Ketransmigrasian.

Dalam undang-undang tersebut penyelenggaraan transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan kesejaheteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah, serta memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Tujuannya lebih disederhanakan agar daerah (otonomi) dapat mengembangkan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan itu hanya bingkai pembatas, di dalamnya harus berkembang sesuai kondisi masing-masing daerah. Kondisi yang beragam harus dilihat sebagai suatu hikmah. Tujuan ketahanan dan pertahanan tidak dimasukkan karena dianggap sudah terwakili dalam tujuan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan tidak akan popular di alam reformasi.

Dalam penyelenggaraan pembangunan transmigrasi, pasal mengenai kesatuan dan persatuan bangsa, tidak pernah terlewatkan. Artinya itulah yang menjadi esensi dari penyelenggaraan transmigarsi, karena kondisi negara dan bangsa yang masih bercerai-berai, yang memerlukan ikatan-ikatan atau perekat-perekat yang kuat dari lubuk hati yang dalam yang mampu mempersatukan kita sebagai bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

sumber : http://bto.sisfo.net/tentang/sejarah.php

Baca seterusnya........

October 22, 2008

Profile - H. SURIPNO SUMAS, SH, MH

Tanggal: 01 Jul 2008
Sumber: Menapak Jalan Berbukit

BursaTransmigrasi.net - Jakarta, Dari tukang parkir sampai menjadi Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjar Baru. ltu barangkali untuk menggambarkan simpulan perjalanan hidup H. Suripno Sumas, SH, MH. Sebelum mengenal lebih jauh, ada baiknya kita menelusuri masa kecilnya. Suripno Sumas dilahirkan di Sungai Tabuk, salah satu permukiman transmigrasi Riam Kanan II, Kalimantan Selatan, tanggal14 Februari 1950. Terlahir dari orang tua bernama Bapak Soedjoko Rais dan Ibu Hj. Masdiah. Gabungan nama Soedjoko Rais dan Masdiah inilah yang kemudian disingkat menjadi SUMAS. Singkatan nama ini yang digunakan sebagai tambahan nama khas anak-anak dari keluarga Bapak Soedjoko Rais dan Ibu Hj. Masdiah. Seperti Suripno Sumas, Suwarso Sumas (almarhum),dan si bungsu Sugiarto Sumas (Wakil Sekjen DPP PATR!). Suripno Sumas menyelesaikan SD/Sekolah Rakyat di Sungai Tabuk. Kemudian SMP dan SMA (SMA Negeri 2) di Banjarmasin yang berjarak 14 km dari Sungai Tabuk. Perjalanan ke sekolah ditempuh dengan naik sepeda. Untuk membantu meringankan beban biaya sekolah bagi kedua adiknya, Suripno sebagai anak pertama bekerja sebagai tukang parkir di lokasi Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin. Usaha ini dilakukan setiap sore, dan berlanjut hingga Suripno menjadi mahasiswa fakultas hukum di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin hingga tahun ke III. Setelah memperoleh gelar Sarjana Muda Hukum, Suripno mendaftarkan diri sebagai pegawai negeri sipil pada Departemen Perhubungan. Penugasan pertama adalah pada Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLAJR) Kota Banjarmasin (1976). Setelah itu berturut-turut mengalami beberapa penugasan, diantaranya: sebagai Kepala Cabang Dinas LLAJR Kota Banjarmasin (1982-1989), sebagai Kepala Badan Kesbang Linmas Kota Banjar Baru (2001-2002), dan sebagai Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjar Baru (2002-2005). Pengalaman organisasi yang pernah dan sedang diikuti oleh H. Suripno Sumas, SH, MH di antaranya:1. Ketua DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Banjarmasin (1971-1974)2. Bendahara DPW Pemuda Muhammadiyah Provinsi Kalimantan Selatan (1975­-1980)3. Ketua DPD AMPI Kota Banjarmasin (1987-1992)4. Ketua BAPPILU DPD Golkar Kota Banjarmasin (1992-1997)5. Ketua Himpunan Pengusaha MKGR Provinsi Kalimantan Selatan (1997-2003)6. Ketua Umum DPD PATRI Provinsi Kalimantan Selatan (periode 2004-2009)7. Ketua Harian Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Provinsi Kalimantan Selatan (2006-sekarang). Untuk melengkapi perkenalan kita dengan Suripno Sumas, ada baiknya ditulis di sini; bahwa tahun 2005 dia mengundurkan diri sebagai PNS. Hal ini dilakukan ketika Suripno mengikuti Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Pilkadasung) Kota Banjarmasin, sebagai Wakil Walikota Banjarmasin (periode 2005 - 2010). Berdasarkan hasil penghitungan, ternyata Allah belum merestui, sehingga pasangan Suripno Sumas belum berhasil dalam Pilkada tersebut. Namun demikian, pengalaman ini sangat berharga dalam proses penguatan kapasitas diri dimasa mendatang. Dalam kehidupan keluarga, Suripno Sumas menikah dengan Hj. Masriah, yang saat ini menjadi guru di SD Negeri Pengambangan 5 Kota Banjarmasin. Dari pernikahan tersebut pasangan ini mendapatkan 3 orang putra, yaitu: Bobby Indrawan, SE; Deddy Sophian, SE, dan si bungsu Harry Wijaya yang masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat. Bagi yang ingin bersilaturahmi lebih lanjut kepada Suripno Sumas, bisa hadir di rumahnya yang juga menjadi Sekretariat DPD PATRI Kalimantan Selatan; yaitu di : Jalan Veteran Kompleks Perintis Indah No. 28, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
source : http://bto.sisfo.net/ss/artikel.php?aid=491

Baca seterusnya........

Petani Transmigrasi Berkebun Sawit: Berhajat Naik Haji ke Makkah Setiap Tahun

Tanggal: 19 Feb 2008
Sumber: Pemkab Rokan Hilir

BursaTransmigrasi.net - Bagansiapiapi, Riau,

SIAPA sangka pria berjenggot dengan raut muka penuh senyum, Maret mendatang menggenapi usianya 55 tahun hidup dalam keadaan berkecukupan. Sekilas pastilah orang-orang yang menatap sambil berlalu menyibak hidup Saimin hanya seorang petani biasa, kelas bawah dan tak ada apa-apanya. Eh tahunya, bapak empat anak itu tahun depan akan mewujudkan cita-citanya naik haji untuk kali pertama. Ia pun berhajat dalam hidupnya, setiap tahun naik haji.

Laporan Muryadi,
Bagansiapiapi
redaksi@riaupos.co.id

RUMAH huniannya memang tampak baru. Namun bekas-bekas bangunan transmigrasi tahun 1981 lalu masih sangat kentara. Lantai rumah yang masih utuh hanya di poles semen. Dinding rumah mungil yang sudah direnovasi itu juga masih dari papan. Bahkan atap pawon (dapur) juga masih terbuat dari rumbia. Namun tabungannya, setiap hari terus membengkak. Setiap bulan melonjak tajam, serta setiap tahunnya, 11 ton gabah kering parkir di beberapa kilang penggilingan padi nun terletak di ujung Blok B, Kepenghuluan Muktijaya, Kecamatan Rimbamelintang Kabupaten Rokan Hilir.

‘’Allah sudah memanggil. Tahun depan munggah kaji (naik haji) ujar Saimim dengan wajah sumringah didampingi beberapa anak dan cucu serta Ketua KTNA Rohil Alkahfi Sutikno saat melihat dari dekat geliat petani transmigrasi tulen di kawasan tersebut.

Saimin pada hakikatnya adalah seorang petani yang boleh jadi tidak ambil pusing dengan riak kehidupan diluar sana. Hari-hari Saimin dihabiskan di rumah, lahan usaha I dan lahan usaha II yang setia menemani dari awal ekspedisi pengiriman warga transmigrasi ke kawasan itu. Kini, Saimin yang sebenarnya masih tak menonjolkan pendapatan luar biasanya, merenda janji yang dicita-citakannya naik haji setiap tahun, bersama ahli baitnya.

‘’Dapat panggilan, syukur-syukur bisa setiap tahun,’’ aku Saimin polos.

Saimin adalah satu dari sekitar 600-an penduduk transmigrasi yang ada di Muktijaya. Bekal hidup yang hanya terlatih dan dibesarkan sebagai petani dari keluarga petani tak membuat hajat, cita-cita dan jalan hidupnya berubah. Kesempatan yang datang manis diraupnya tanpa mengenal lelah dan melupakan jerit tubuh yang semakin lansia. Hanya tekad, semangat dan pantang menyerah menjadikan harapannya subur, damai dan perlahan mulai nyata ada di depan mata.

Memiliki seperempat hektare lahan pekarangan, membuat Saimin bersama ratusan warga transmigrasi lainnya berhajat menjadikan sawit sebagai peneduh. Tiga seperempat Hektare Lahan Usaha II hingga tujuh tahun lalu juga digarapnya sebagai lahan pertanian padi plus. Serta satu hektare Lahan Usaha I masih setia ditanami padi, mampu menopang kebutuhan pangan, sandang, dan kesehariannya. Hingga tujuh tahun lalu, sindrom tanaman sawit menyeruak dan membelalakkan mata semua orang akan potensi yang abadi dan berkelanjutan.

‘’Sebagiannya malah belum tujuh tahun, ya mungkin sekitar satu hektare lah,’’ aku Saimin menyebut luas lahan usaha II yang kini dijadikan basis tanaman keras seperti sawit.

Saimin kini tinggal bersabar, sebab setiap jengkal lahan usaha II-nya memenuhi pundi-pundi tabungan hari tuanya. Ia juga cukup beruntung, karena satu hektare lahan usaha I yang hanya diperkenankan ditanami padi mampu memproduksi hingga 11 ton gabah kering kualitas unggul. meski pun terdengar berlebih, Saimin tetap saja mengaku ini semua rezki tuhan.

‘’Ini semua kan kebetulan. Juga karena ada Pak Kahfi yang nuntun,’’ imbuh Saimin menyebut peran serta KTNA yang kerap menyuguhi elemen modern guna meningkatkan produktifitas pertanian penduduk setempat.

Secara umum ia justru tidak kenal dengan alih fungsi lahan. Sebab setahunya, berhenti menanam padi adalah seperempat dari kematian hidup. Hanya saja, bila setiap tanam tidak ada hasilnya, itu juga sudah setengah dari kematian. Atas dasar apapun, semua orang ujar Saimim akan berputar kepala memikirkan langkah apa kelak yang dapat memenuhi keperluan hidup dan rumah tangganya.

Hari ini, ia merasa perubahan komoditas tanam dilahan usaha II-nya memang berdampak positif. Tidak hanya kepunyaannya, melainkan kepunyaan ratusan petani lain yang sama-sama mencecah kaki tinggal dihamparan Muktijaya. Meski awalnya hanya darah saja yang tidak keluar dari pori-pori tubuh yang mulai keriput dimakan waktu itu, semuanya sudah dirasakan.

‘’Akan wajar bila saat ini mereka menikmati perjalanan hidup dan yang lainnya juga akan segera menyusul. Meski alih fungsi lahan tak dapat dibendung, setidaknya dapat ditangkal bilamana produktifitas produksinya dapat didongkrak. Minimal setiap hektare untuk setiap tanam mampu menghasilkan 5,5 ton gabah kering,’’ sambung Alkahfi Sutikno, Ketua KTNA Rohil beberapa saat beranjak dari kediaman sejumlah warga eks transmigrasi di Muktijaya.

Namun yang terpenting, bagaimana upaya memaksimalisasi pendapatan dan memperkecil setiap resiko dari kegiatan usaha pertanian. Contoh nyata saja, untuk mendapatkan sertifikat berlabel saja terkadang masih sulit, sistem pertanian masih tradisional serta hadangan bencana seperti banjir, abrasi dan kemarau juga belum seutuhnya terpecahkan.***(my/pusdatintrans)


Source : BURSA TRANSMIGRASI ONLINE

Baca seterusnya........

Bandar Kerupuk yang Membumi

Haji Ellon namanya , sosoknya sederhana, bukan lulusan universitas, berbicara dengan bahasa apa adanya dengan logat sunda yang kental, sosoknya mencerminkan orang yang sarat dengan perjuangan hidup, saat ini beliau seorang wirausaha yang boleh dikatakan sukses, meniti bisnis diawali sebagai buruh disebuah industri kecil, berkeliling berjalan membawa dagangan kerupuk , kemudian merintis usaha berbekal ketekunan,keberanian, kerja keras, cucuran keringat, komitmen, kejujuran dan sampai sekarang menjadi pemilik perusahaan/ bandar besar industri pengolahan makanan (kerupuk) yang sukses.
saya berkenalan dengan beliau ketika sama-sama menjadi pembicara/nara sumber pada acara Pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diwilayah Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Dalam acara tersebut beliau menjadi narasumber berkaitan dengan success story yang bersangkutan, beliau bercerita banyak mulai saat merintis usaha, kiat-kiat dengan berbagai cerita suka maupun dukanya dan yang menarik adalah motto beliau yang diterapkan dalam pengeloalan usaha hingga menjadi besar sampai saat ini , yaitu :
“Menabung…….. suka Ngutang ……….. dan Cepat bayar “
Motto inilah katanya yang menjadikan beliau menjadi pengusaha sukses, dengan azzet dan omzet penjualan ( konon produk krupuknya sudah menembus pasar Malaysia dan Brunai) yang luar biasa, sekaligus menjadi perenungan bagi diri saya, dikaitkan dengan fenomena bisnis dengan segala intrik yang berkembang pada saat ini.

Inti dari motto tersebut menurut pandangan saya adalah “kredibilitas dan kejujuran.”
Orang melaksanakan kegiatan bisnis apapun alasannya, tujuan satu yaitu mengumpulkan laba, akan tetapi dengan semakin berkembangnya bisnis saat ini, nilai-nilai tersebut semakin memudar, bisnis terkadang kehilangan etika, sikut sana-sini, hantam kromo, yang lebih parah lagi menginjak yang lemah, membuat mereka semakin papa, puritan dan termarginalkan, kemudian lambat laun bisnis akan menghalalkan segala cara.
Lantas apa yang terjadi, jika kondisi ini tidak dapat diperbaiki melalui proses kesadaran beretika dalam berbisnis ?
Yang terjadi adalah Tragedi kemanusian!
ya tragedi kemanusiaan, karena bisnis sulit dipisahkan dari kekuasaan!
Kredibilitas dan kejujuran adalah faktor utama yang harus dimilki seorang entrepreneur, kalau Bisnis Owner tidak bisa dipercaya dan jujur, tidak berpatok pada etika dan kebenaran, akan di bawa kemana arah perusahaan ? karena owner bisnis adalah pimpinan, pimpinan ibarat Nakhoda kapal, dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, semua arah, langkah dan strategi perusahaan ditentukan oleh pimpinan, pimpinan harus memiliki kejujuran. Roda bisnis harus di awali dalam kerangka mekanisme pasar yang jujur, penuh kode etik dan rasa kemanusian dengan mengedepankan etika, etika berkaitan dengan moral, moral identik dengan mental, sikap, tindakan dan prilaku, landasan etika tersebut dalam dunia bisnis, sering disebut : etika Bisnis.

Sekali lagi kejujuran ; sepenggal kata sederhana, kata itu selalu menggema, di rumah, disekolah, di tempat ibadah dan sering gaung kejujuran terlontar dari mulut ulama dan pejabat di negeri ini seakan telah menjadi doktrin, akan tetapi pada kenyataannya sulit dilakukan, oleh karena jaman sekarang lebih sulit mencari manusia yang jujur, ketimbang mencari manusia yang brilian sekaligus opurtunis
Haji Ellon menjadi entrepreneur sukses karena dapat mempertahankan kredibilitas dan kejujuran, kedisplinan dalam menabung, keberaniaan berhutang dengan perencanaan dan target yang terukur. Munculnya kesadaran dini tentang kewajiban membayar hutang secepatnya, serta dapat memelihara kepercayaan yang diamanatkan dari mitra maupun koleganya, bertahun-tahun relationship itu dibangun, dijaga , dipertahankan dan dipelihara, semua kesuksesan beliau sekarang ini adalah buah dari cucuran keringat, kerja keras, jawaban dari pengharapan, cita-cita serta do’a
Ternyata menjadi entrepreneur sukses tidak harus selalu sekolah tinggi di universitas terkenal, membaca buku-buku tebal kiat berbisnis, akan tetapi cukup dengan ketekunan, keberanian. Komitmen,, tempaan mekanisme pasar, kredibilitas dan kejujuran, baru faktor pendukungnya adalah kemampuan dengan didukung instuisi bisnis yang tajam untuk memberi inspirasi, menangkap peluang, berani menghadapi tantangan dan melihat masa depan dengan cemerlang

Motto Haji Ellon, motto yang sederhana, ……tidak utopis ……dan membumi.

(Rahmat Saepulloh)
Source : http://www.karir-up.com/2008/10/bandar-kerupuk-yang-membumi/

Baca seterusnya........

August 29, 2008

Malaysia Pulangkan Tenaga Kerja Asing

Pemerintah Malaysia berencana memulangkan hingga 500 ribu pekerja asing pada 2009. Langkah ini untuk meningkatkan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal. Pemerintah juga akan mendorong para majikan untuk menggunakan tenaga lokal.

Saat ini, sekurangnya ada 2,3 juta pekerja asing dari 11 juta tenaga kerja di Malaysia. Belum lagi dengan keberadaan tenaga kerja asing ilegal. Mereka bekerja di sejumlah sektor antara lain manufaktur, perkebunan, dan rumah tangga.

Sekjen Departemen Dalam Negeri, Raja Azahar Raja Abdul Manap yang dikutip harian Daily Star , Ahad (20/1) mengatakan pemerintah menargetkan pada 2009 hanya ada 1,8 juta tenaga kerja asing. Pada 2015 diharapkan hanya ada 1,5 juta tenaga asing yang ada di Malaysia. Namun para tenaga kerja asing di bidang konstruksi, manufaktur, dan perkebunan mungkin kurang terimbas rencana itu.

''Kami perlu menghilangkan ketergantungan pada pekerja asing dan meninjau kembali kebijakan mengenai tenaga kerja asing,'' katanya. Raja Azahar mengatakan selama ini pemerintah begitu longgar hingga mengizinkan para majikan membayarkan upah lebih murah untuk tenaga kerja asing. Namun kini, mereka harus berpaling ke tenaga kerja lokal dengan upah pantas sesuai penawaran dan permintaan.

Menurut Raja Azahar, pemerintah kini akan lebih ketat. Sebab selama ini pemerintah telah bertindak secara liberal. Ia menambahkan, pekerja asing yang berketerampilan akan diizinkan tinggal hingga sepuluh tahun. Kebijakan yang berbeda akan ditetapkan pada pekerja yang tak berketerampilan.

Para tenaga kerja asing tak berketerampilan yang telah tinggal lima tahun di Malaysia tak akan diperpanjang izinnya. Menurut kantor berita Associated Press , kebijakan ini akan mampu memangkas keberadaan tenaga kerja asing di Malaysia sebesar 200 ribu orang hingga tahun ini. Raja Azahar mengatakan tak ada batas waktu bagi tenaga kerja asing, yang menjadi pembantu rumah tangga. Namun ia menyatakan pemerintahan menetapkan persyaratan bagi para majikan, yaitu hanya yang berpenghasilan 5.000 ringgit atau 1.515 dolar AS sebulan yang bisa mempekerjakan pembantu.

Sumber : Buletin Integrasi

Baca seterusnya........

Press Release Pemilihan Transmigran dan Pembina UPT Teladan Tingkat Nasional 2008

Jakarta, 15 Agustus 2008


Sebagai upaya memberikan motivasi, perhatian dan penghargaan kepada para transmigran dan Pembina UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi), Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyelenggarakan pemilihan Transmigran dan Pembina UPT Teladan Tingkat Nasional. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun dalam kaitannya dengan rangkaian peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pemilihan Transmigran dan UPT Teladan Tingkat Nasional pada tahun 2008 ini diikuti 23 orang Transmigran Teladan dan 23 orang Pembina UPT Teladan yang berasal 23 Provinsi di Seluruh Indonesia. Dalam ajang pemilihan ini diadakan melalui proses seleksi dan penilaian yang ketat.

Adapun kriteria pemilihannya bagi Transmigran Teladan diantaranya meliputi, tingkat ekonomi (pendapatan, produktivitas dan penyerapan tenaga kerja), kesehatan, pendidikan, partisipasi dan mental spritual serta peranan istri dalam kesejahteraan masyarakat. Sedangkan kriteria Pembina UPT meliputi aspek moral, kompetensi, prestasi kerja serta pencapaian keberhasilan tugas pembinaan di lokasi transmigran.

Demikian diungkapkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr. Ir. Erman Suparno MBA, M. Si dalam rangkaian kegiatan Pemilihan Transmigran dan Pembina UPT Teladan Tingkat nasional yang diadakan di Kantor Depnakertrans Jl. Kalibata No. 17 Jakarta Selatan, Jumat (15/8).

Menakertrans mengatakan dalam bidang transmigrasi saat ini tengah dilakukan terobosan dengan melakukan revitalisasi dan reorientasi pengembangan kawasan transmigrasi yang sudah ada serta yang kawasan transmigran yang baru. Konsep pendekatan ini mengarah menuju terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki fungsi perkotaan yang dikenal dengan istlah ”Kota Terpadu Mandiri (KTM)”.

Ditambahkan Menakertrans, keberhasilan program pembangunan transmigrasi di Indonesia tergantung pada 3 (tiga) pokok utama yaitu pertama, ketersediaan lahan yang memenuhi syarat clean dan clear serta 4L yaitu layak huni, layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan. Kedua, tersedianya sarana dan prasana pemukiman seperti fasilitas jalan, jembatan, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, sosial.

Ketiga, tersedianya Sumber Daya Manusia yang bisa memanfaatkan kekayaan Sumber Daya Alam yang melimpah di Indonesia. Sumber Daya Manusia yang menjadi andalan terdiri dari transmigran terampil, ulet, gigih dan berjiwa pionir untuk meningkatkan kesejahteraannya dan mendukung pembangunan daerah. Selain itu, dibutuhkan juga petugas pembina UPT yang berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator sekaligus pendamping masyarakat dan bersedian mendedikasikan tenaga dan pikiran untuk membantu transmigran dan mayarakat sekitar dalam mewujudkan cita-citanya.



Pusat Humas Depnakertrans

Baca seterusnya........

August 08, 2008

Dari Penjual Es Kelapa Hingga Pemilik SPBU

Menapaki jenjang dari seseorang penjual es kelapa muda, Urpan Dani sukses mendirikan beberapa perusahaan. Kiatnya; keikhlasan dan doa.

Kru sebuah production house sedang sibuk menyorotkan kamera untuk merekam beberapa adegan di sebuah rumah di Citra Gran Blok E17 No. 6 Cibubur. Beberapa adegan dari sinetron tersebut memang mengambil lokasi di rumah Urpan Dani, pendiri beberapa perusahaan yang bergerak di bidang lumpur pengeboran, eksportir kayu manis, pemasok pasir, pengelola SPBU Petronas dan jual-beli properti.

Namun kisah sukses Urpan bukanlah sebuah kebetulan, seperti yang banyak terjadi dalam kisah-kisah sinetron kita. Sebelum memiliki beberapa perusahaan Urpan harus berjuang keras, bahkan sempat menjadi penjual es kelapa muda di Pintu II Senayan, dan menjual penjual tempe goreng. Semuanya dilakoni dengan ikhlas.

Sebenarnya, setamat kuliah di Fakultas ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta pada tahun 1989, pria kelahiran tahun 1964 ini sempat diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Departemen Koperasi di tanah kelahirannya Kerinci. Tetapi ia mengaku tidak berminat menjadi PNS. Justru Urpan pergi ke Jakarta ikut pamannya. Lantaran tidak setuju dengan pilihan anaknya, orangtua Urpan tidak mengirimi uang belanja sehari-hari. Tetapi Urpan tidak menyerah begitu saja. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari ia harus berjualan es kelapa muda, kemudian menjadi penjual tempe goreng.

Di sela-sela menekuni ‘profesinya’ itu, Urpan mengirimkan lamaran ke sejumlah perusahaan. Sempat tes di Pertamina sampai tahapan ketiga, tetapi akhirnya gagal. “Jumlah lamaran sampai 300 lebih,” ungkap Urpan. Dari salah satu lamarannya, Urpan diterima di sebuah perusahaan lumpur pengeboran yang kantor pusatnya di Jakarta. Tetapi Urpan ditempatkan di Palangkaraya. Pada pagi hari, Urpan menyelesaikan pekerjaan kantor. Di siang harinya, belajar mengoperasikan alat-alat berat, dan sore harinya belajar mengelas. Praktis tidak ada waktu luang untuk Urpan.

Tak lama berselang, Urpan ditarik ke Jakarta tetapi ditempatkan di pabrik. Di pabrik Urpan banyak belajar, mulai dari memproduksi bahan-bahan pendukung lumpur pengeboran sampai mengelas plastik. Ia ingin menyerap semua ilmu tersebut. Ia yakin ilmu itu akan berguna kelak di kemudian hari. Keyakinannya tidak meleset. Prestasinya terus melesat, hingga akhirnya dipercaya menjadi general manager yang mengurusi semua kebutuhan perusahaan dari A sampai Z.

Di tengah karirnya yang terus menanjak, Urpan menyunting anak mantan bupati Kerinci, Gladia Rahmawati, pada tahun 1995. Dalam posisinya sebagai general manager, sering Urpan mengambil keputusan-keputusan penting diantaranya memilih rekanan perusahaan. Ternyata banyak rekanan perusahaan yang memberikan ‘uang terimakasih’. Hal ini justru membuatnya tidak nyaman. Hal ini ia sampaikan ke pemilik malah berujar,” ambil saja uang itu. Keuntungan perusahaan lebih besar daripada yang kamu dapatkan.”
Urpan merasa tidak nyaman. Ia berkeputusan untuk mengundurkan diri. Sebelum mengundurkan diri pada tahun 1997, Urpan melakukan sholat istikharah, untuk meminta petunjuk kepada Allah. Tak lupa ia meminta dukungan dari keluarganya maupun dari keluarga istrinya. Tak satu pun yang setuju ia mengundurkan diri, kecuali satu orang, yakni istrinya. Setelah sholat istikharah beberapa malam, Urpan mengambil keputusan bulat : mengundurkan diri dan siap-siap mendirikan usaha jual-beli mobil bekas.

Ternyata menjadi pengusaha itu tidak semudah membayangkannya. Usaha jual beli mobil bekas yang ia dirikan pada tahun 1997 dengan menggunakan bendera PT. Salsabila Rizky Pratama nyaris macet. Mobil-mobil terlanjur ia kirimkan ke Jambi untuk dijual ternyata seret. Tetapi ia sudah tidak bisa mundur lagi. Mobil-mobil itu ia tarik kembali ke Jakarta dan ia jual di Lapangan Ros dan Kalibata indah. Pada tahun-tahun awal hasilnya lumayan. Penjualan terus meningkat.

Di sela-sela mengiklankan mobil dagangannya, Urpan juga mengiklankan kayu manis dan menjalankan bisnis lumpur pengeboran, meski masih kecil-kecilan. Beberapa orang memesan kayu manisnya tetapi ternyata kebanyakan menipu. Setelah kayu manis dikirim, mereka tidak mengirimkan uangnya. Sudah jatuh tertimpa tangga, itu peribahasanya. Usaha kayu manis belum membuahkan hasil, bahkan ditipu, usaha jual-beli mobil bekasnya lesu. Apalagi, ia juga ditipu beberpa pedagang yan menjual mobil bodong. “Kerugian saat itu mencapai Rp. 250 juta,” tuturnya.

Di saat kondisi perusahannya letih lesu, Urpan justru mengambil keputusan untuk menunaikan ibadah haji bersama istrinya pada tahun 1991. Dengan uang seadanya, sebagian hasil pinjaman dari keluarganya, Urpan dan Gladia berangkat ke Tanah Suci. Di Al-Mutazzam, Urpan berdoa dengan khusuk. Memohonkan ampunan untuk leluhurnya yang sudah meninggal serta meminta keselamatan dan kesehatan bagi keluarga yang masih hidup. Di akhir doa, ia meminta agar Allah menunjukkan jalan dan meridhoi usahanya. Tak lama berselang, telepon genggamnya berbunyi. Isi pesan yang dikirim adiknya mengatakan PT. Salsabila mendapatkan proyek lumpur pengeboran dari sebuah perusahaan ternama. “Doa saya dibayar tunai. Saking senangnya saya menangis sampai “nungging-nungging” ucap Urpan yang kini membina ribuan petani kayu manis di Kerinci. Dari Al Mutazzam inilah terjadi perubahan yang luar biasa pada perusahaannya.

Penjualan kayu manis, yang semula diniatkan untuk membantu mengangkat harga sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani, mulai membuahkan hasil. Usaha lumpur pengeboran yang tadinya kecil mulai menggurita. Bahkan untuk memperbesar pemasaran 35 item produk Lumpur pengeborannya, Urpan berpatungan dengan rekannya untuk mendirikan PT. Prima Hidrokarbon Internusa pada tahun 2002. PT. Salsabila menjual secara ritel dan PT. Prima Hidrokarbon masuk ke tender-tender besar. Selain memasok 35 item bahan pendukung Lumpur pengeboran, PT. Prima Hidrokarbon juga melakukan pengeboran sendiri.

Perusahaan terus menggurita. Keenam adik Urpan ikut terlibat untuk membesarkan usaha yang didirikan sulung dari tujuh bersaudara ini. Perusahaan yang memiliki kantor pusat di Cibubur dan pabrik di Karawang ini memiliki sekitar 800 karyawan. Ekspansi usaha terus dilakukan. Bisnis properti (membeli rumah kemudian merenovasinya) yang sebelumnya tidak dirambah mulai dimasukinya. Bisnis perkayuan juga mulai dimasuki. Semua bisnis ini ditangani oleh adik-adiknya.

Sekitar akhir tahun 2005 lalu, Urpan kembali mendirikan perusahaan pemasok pasir, PT Pasir Bumi Nusantara. Salah satu adiknya, Faizal Kadni dipercaya untuk menjalankan usaha tersebut. Dalam hitungan bulan saja, PT Pasir Bumi Nusantara mampu memasok pasir ke Cibubur dan Jalan Kali Malang sebanyak 600-800 kubik per hari.

Si bungsu, Faizin Kadni yang pilih tinggal di Yogyakarta mendirikan perusahaan travel PT. Radin Pratama yang mengusung bendera Radin Tour. “Keberhasilan bukan semata-mata diukur dari banyaknya materi, tetapi juga keberhasilannya dalam membimbing adik-adik dan merukunkan keluarga,” kata Urpan.

Urpan sendiri sering mengatakan bahwa usahanya masih kecil. Namun orang lain, melihat pria ini sosok yang sukses. Buktinya, salah satu rumah produksi meminjam rumahnya untuk dijadikan lokasi syuting. Pelanggan lumpur pengeborannya juga perusahaan ternama, di antaranya Pertamina. Sedangkan penjualan kayu manisnya sudah merambah negara-negara di seantero dunia.

Ketika ditanya kiat suksesnya, Urpan mengatakan keikhlasan dan doa. “Ikhlas bukan berarti kita menyerah terhadap keadaan. Dalam berbisnis kita tetap harus berusaha keras. Berusaha untuk menciptakan produk berkualitas dan berusaha mendapatkan order sebanyak-banyaknya. Walau kita sudah bekerja keras tetapi kalau hasilnya tidak sesuai dengan yang ditargetkan kita harus ikhlas menerimanya. Itulah makna ikhlas yang saya maksud. Selain ikhlas adalah doa. Bagi saya doa itu yang pertama, baru kemudian berusaha. Tetapi banyak orang yang mengatakan berusaha dulu baru berdoa. Silakan, itu pilihan masing-masing orang. Dan jangan lupa, di balik keuntungan yang kita peroleh terdapat harta hak orang lain, diantaranya fakir miskin dan anak yatim piatu. Kalau kita memberikan hak-hak mereka Insya Allah rejeki kita lancar, seperti Salsabila (oase di surga yang airnya terus mengucur),” pungkas pria yang Agustus tahun lalu mengoperasikan SPBU Petronas di Lenteng Agung ini.
(Rahmat saepulloh/ mp)
SOURCE: http://www.karir-up.com/2008/08/dari-penjual-es-kelapa-hingga-pemilik-spbu/

Baca seterusnya........

August 07, 2008

Pembangunan KTM Serap Investasi 4,7 Triliun

Paradigma baru transmigrasi yang mengusung pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) mendapat sambutan positip dari kalangan dunia usaha nasional. Kalangan investor dan dunia usaha tertarik untuk mengembangkan bisnisnya karena di kawasan KTM ini tersedia berbagai peluang usaha yang menguntungkan. Sampai saat ini, rencana pendanaan investasi yang terkumpul dalam pengembangan KTM ini mencapai 4,7 Triliun. Dengan masuknya investasi swasta nasional ini diharapkan mampu menggerakkan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di Kawasan KTM.

Demikian diungkapkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr. Ir. Erman Suparno, MBA, M.Si dalam acara Penyerahan Surat Keputusan Menakertrans tentang Penetapan Lokasi Pengembangan dan Pembangunan KTM di Kawasan Transmigrasi serta Penandatanganan Pernyataan Bersama Bupati dan Badan Usaha yang diadakan di Balai Makarti Muktitama, Depnakertrans, Kalibata, Jakarta Selatan (23/6).

Menakertrans mengatakan dari sekitar 50-an kawasan yang diusulkan menjadi lokasi pembangunan dan pengembangan KTM, dengan pertimbangan ketersediaan anggaran dan azas pemerataan, maka sampai saat ini baru dapat menetapkan 20 kawasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Anggaran biaya untuk membangun dan mengembangkan KTM bersumber dari APBN (30%), APBD (30%), maupun Investor (40%). Penetapan berdasarkan pada penerbitan SK Penetapan Lokasi KTM oleh Menakertrans

Dari jumlah 20 lokasi kawasan KTM yang ditetapkan oleh Menakertrans, 10 lokasi KTM telah memastikan penanaman modal investasi yang berasal dari perusahaan-perusahaan berskala nasional. Kebanyakan perusahaan itu bergerak dalam bidang pekebunan dan pertanian yang menghasilkan komoditasi kelapa sawit, karet, jagung, padi, kedelai, jagung dll.

Sebagai bentuk realisasi Komitmen Bersama yang dilakukan Depnakertrans, Pemerintah Daerah yang diwakili para bupati dan Badan Usaha, maka dilakukan Penandatanganan Pernyataan Bersama Pengembangan Investasi Terintegrasi dengan Pembangunan dan Pengembangan KTM di Kawasan Transmigrasi. Penandatanganan Pernyataan Bersama yang disaksikan langsung oleh Menakertrans ini melibatkan 10 Bupati dan 19 perusahaan swasta nasional.

Menakertrans meminta kepada para Bupati dan kalangan pengusaha agar segera melakukan langkah-langkah nyata dalam upaya pengembangan dan pembangunan KTM. Menakertrans mengatakan para Bupati sebagai pemangku kepemimpinan pemeritnah daerah, diharapkan membentuk POKJA tingkat Kabupaten yang secara khusus diberikan tugas untuk memberikan pelayanan perijinan, pengintegrasian, dan pengendalian pembangunan dan pengembangan KTM.

Sedangkan bagi para pengusaha, Menakertrans meminta agar segera mengurus administrasi perijinan lokasi, menyusun pola pengembangan investasi, bekerja sama dengan perbankan untuk permodalan dan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi masyarakat transmigran dan penduduk lokal yang bermukim di sekitar kawasan KTM.

Dengan adanya kerja sama yang erat antara Depnakertrans, Pemerintah Daerah tingkat provinsi, kota/kabupaten dan kalangan dunia usaha, diharapkan tujuan mulia dari diadakannya transmigrasi bisa terwujud dengan semakin meningkatnya taraf hidup, perekonomian dan kesejahteraan transmigran dan penduduk setempat.

Dalam acara ini hadir Sekjen Depnakertrans Ir. Besar Setyoko, MM, Irjen Dra. Dyah Paramawartiningsih, Dirjen P2MKT Drs. Djoko Sidik Pramono, MA, Dirjen P4trans Ir. Harry Heriawan Saleh, Dirjen Binalattas, Ka Balitfo Ir, Djuharsa M. Djajadihardja, MM, Kapus Humas Sumardoko, SH, MM serta jajaran pejabat dilingkungan Depnakertrans.

Pusat Humas Depnakertrans


Baca seterusnya........

Program Aksi GPP 2008 dan Pencanangan KTM Cahaya Baru

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr. Ir. Erman Suparno MBA. M.Si secara resmi membuka rangkaian kegiatan pelaksanaan Program Aksi Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2008 serta Pencanangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Cahaya Baru di Banjarmasin, Selasa (15/7). Rangkaian kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengatasi berbagai permasalahan bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian yang terjadi di Indonesia.

Program Aksi GPP merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja dalam rangka menanggulangi pengangguran dan kemiskinan. Pelaksanaan Program Aksi GPP ini meliputi berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2008 diberikan dana sebesar Rp 55.279.348.600 yang terdiri dari dana dekonsentrasi bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian sebesar Rp 10.483.998.000 dana tugas perbantuan sebesar Rp 42.954.377.000, serta bantuan langsung dari Menakertrans sebesar Rp 1.840.973.600.

Dana ini dialokasikan untuk mendukung program pokok ketenagakerjaan yang meliputi Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga kerja, Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja, Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh, Pengembangan Wilayah Tertinggal serta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan, diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan bermanfaat dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan serta diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 252.543 orang.

Dalam rangkaian kegiatan pelaksanaan Program Aksi GPP, Menakertrans menyerahkan berbagai bantuan kegiatan antara lain : (1) Pemberdayaan masyarakat melalui Padat Karya, Teknologi Tepat Guna, Kewirausahaan, Grameen Bank, Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional, Job Fair serta kelompok usaha bersama; (2) Peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat melalui subsidi program pelatihan serta (3) job fair.

Pada kesempatan ini pula, Menakertrans menyerahkan Bea siswa Jamsostek sebanyak 31 tenaga kerja, menyerahkan santunan kematian karena kecelakaan kerja kepada ahli waris tenaga kerja, menyerahkan pinjaman kemitraan kepada 3 perusahaan, menyerahkan Kartu Peserta Jamsostek (KPJ) kepada pekerja juga kepada pedagang mie bakso, menyerakan tanaman hijau serta seperangkat alat Bursa Kerja On Line (BKOL). Menakertrans melantik dan mengukuhkan Pengurus Daerah Paguyuban Pedagang Mie Bakso (PAPMISO) Provinsi Kalimantan Selatan .

Di bidang transmigrasi, Menakertrans mengembangkan konsep paradigma baru transmigrasi yang meliputi pokok-pokok pikiran, yaitu transmigrasi sebagai pilar ketahanan pangan nasional, transmigrasi sebagai basis ketahanan nasional, transmigrasi sebagai fundamen penyediaan energi alternative, transmigrasi sebagai instrument pemerataan investasi dan transmigrasi sebagai wahana penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

Salah satu implementasi paradigma baru transmigrasi adalah pembangunan Kota Mandiri Terpadu (KTM) yang terus dilakukan di kawasan-kawasan transmigrasi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah KTM Cahaya baru yang terletak di Kab. Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.
KTM Cahaya Baru dicanangkan ini akan memiliki fasilitas seperti : Pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat kegiatan industri dan pengolahan hasil, pusat pelayanan jasa dan perdagangan, pusat pelayanan kesehatan, pusat pendidikan dan pelatihan yang sekaligus dilengkapi dengan sarana pemerintahan serta fasilitas umum dan sosial.

Pusat Humas Depnakertrans

Baca seterusnya........

Berebut Harapan di Tanah Transmigrasi

Sepintas tidak ada yang istimewa dari Desa Bagelen yang terletak di Kecamatan Gedong Tataan, Lampung Selatan. Padahal, di sinilah sejarah transmigrasi Indonesia dimulai saat pemerintah kolonial Belanda mendatangkan 43 orang asal Kedu, Jawa Tengah, pada 1905. Mereka dikirim ke kawasan ini untuk membuka lahan pertanian dan pemukiman yang saat itu masih berupa hutan lebat. Kini, Desa Bagelen dihuni sekitar 1.400 keluarga yang sebagian besar keturunan transmigran pada masa pendudukan Belanda.

Kebanyakan dari penduduk Bagelen bermatapencaharian sebagai petani padi dan palawija. Sisanya, memilih bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta atau berwirausaha, seperti yang dilakoni Sutiyo. Lelaki kelahiran Begelen 54 tahun silam ini beristrikan Sumarni, yang juga warga keturunan transmigran. Pasangan ini dikaruniai delapan anak, namun yang masih tinggal dengan mereka hanya dua orang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Sutiyo membuka usaha bengkel las sederhana dengan alat-alat kerja seadanya. Dari hasil kerja keras, Sutiyo mampu menghidupi keluarga dan menggaji empat orang pekerja. Bahkan, Sutiyo mampu menyekolahkan seorang anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Lampung. "Setelah dipotong untuk membayar gaji kawan-kawan, masih ada sisa untuk makan dan biaya anak-anak sekolah," ujar Sutiyo.

Seperti kebanyakan warga Bagelen, Sutiyo tidak terlalu mengenal leluhurnya di Pulau Jawa. "Kami sudah nggak ngerti lagi leluhur kami di Jawa. Banyak yang lahir di sini, sampai mati nggak pernah ke Jawa," kata Sutiyo. Namun, bukan berarti ia tidak peduli dengan asal-usulnya. Hanya, Sutiyo mengaku, enggan pindah ke Jawa. Sebab, menjalani hidup di Lampung sudah cukup memuaskan. Apalagi, jika harus pulang ke Jawa, ia harus memulai hidup dari awal lagi. "Jauh lebih enak di sini. Di Jawa kan sudah padat penduduknya," ujar lelaki berkulit sawo matang ini.

Tak jauh dari rumah Sutiyo, tinggal Keluarga Muhammad Idris. Tidak seperti Sutiyo, Muhammad bekerja sebagai penilik sekolah dasar dan taman kanak-kanak wilayah Gedong Tataan, Lampung. Setiap pagi, Muhammad pergi ke kantor dengan sepeda motor. Sebelum menjadi penilik, Muhammad sempat menjadi kepala sekolah dasar selama 14 tahun. Kecintaannya pada pendidikan anak-anak mendorong Muhammad menyediakan waktu dan tenaga untuk mengajar mengaji. Setelah beristirahat sepulang kerja, Muhammad dan istrinya, Setiarsih, mengajar anak-anak Desa Bagelen membaca Al Quran. Untuk keperluan ini, Muhammad menyediakan ruangan khusus berukuran 35 meter persegi di samping rumah. Untuk menambah penghasilan, Muhammad membuka usaha warung telekomunikasi, meski dengan sebuah pesawat telepon.

Seperti tetangganya Sutiyo, Muhammad juga merasa berkecukupan tinggal di Bagelen, meski tidak hidup dalam kemewahan. "Saya merasa cukup, terutama bisa hidup tentram bersama keluarga," kata Muhammad. Karenanya, Muhammad bertekad menghabiskan sisa hidup di Bagelen. Tidak terlintas sedikit pun dalam pikirannya untuk kembali ke Pulau Jawa, tempat leluhurnya berasal. "Keluarga saya sudah di sini semua, di Jawa sudah nggak ada lagi," ujar Muhammad.

Sayangnya, tidak semua transmigran hidup dalam kondisi yang berkecukupan. Ratusan kilometer dari Desa Bagelen, tepatnya di Desa Ringin Sari, Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang, sejumlah keluarga transmigran masih sulit mewujudkan impian sederhana: mencukupi kebutuhan keluarga. Hal ini dialami Misno dan ratusan Warga Ringin Sari lainnya. Mereka adalah transmigran asal Jawa yang sempat menghuni lokasi transmigrasi Sendang Baru, Lampung Tengah. Puluhan tahun silam, pemerintah memindahkan para transmigran dengan alasan lahan subur yang mereka tempati, termasuk kawasan hutan lindung. Dengan berat hati, Misno pun terpaksa meninggalkan Sendang Baru. Padahal, di lokasi lama itu, ratusan batang pohon kopi yang ia tanam di lahan seluas empat hektare tinggal dipetik hasilnya. "Tidak ada ganti rugi dari pemerintah," kata Misno.

Menurut pengakuan Misno, pemerintah memang membekali pakaian satu setel, cangkul, kampak, beras, kelambu, wajan, periuk dan mencukupi kebutuhan makan selama setahun dengan perjanjian setelah itu harus mandiri. Namun, tanah di kawasan ini tidak subur. Untuk bisa ditanami, lahan harus diberi pupuk terlebih dahulu. Sedangkan untuk membeli pupuk mereka tidak mampu. "Udah mandiri ya kelabakan," ujar Misno. Kini, untuk bertahan hidup, Misno yang telah tinggal di Ringin Sari selama hampir 20 tahun, terpaksa bertanam singkong. Sebab, untuk menanam padi tidak mungkin. Sebelumnya, Misno pernah mencoba menanam padi gogo rancah. Namun, hasilnya tidak setimpal dengan kerja keras yang dikeluarkan. Buntutnya, Misno dan keluarganya terpaksa makan nasi bercampur tiwul atau oyek untuk menghemat biaya hidup. "Kalau bisa menanam padi, sebetulnya saya tidak mau makan oyek," tutur Misno.

Untuk menghidupi keluarganya, Misno tak hanya bertanam singkong. Ia juga bekerja setengah hari sebagai buruh di pabrik penggilingan padi. Sayangnya, tidak setiap hari orang datang ke pabrik penggilingan tempat Misno bekerja. "Kalau tidak dapat kerjaan, ya ngutang dulu ke warung," kata Misno. Untuk meringankan beban, setiap hari istri Misno, Yatinah meninggalkan rumah saat pagi buta bekerja sebagai buruh harian lepas di sebuah perkebunan kelapa sawit. Bersama teman-temannya, Yatinah memungut sawit yang rontok atau membabat rumput di perkebunan sawit hingga menjelang petang. "Kalau pas ada rezeki, bisa dapat upah Rp 12.500 sehari. Tapi kalau sedang anjlok, Rp 5.000-7000 juga sering," kata Yutinah. Sebagai istri, Yatinah ikhlas mendampingi suami dan lima anaknya. "Sebenarnya banyak kekurangan, tapi keadaannya memang seperti ini," ujar Yatinah terisak. Namun, betapa pun beratnya kehidupan, Yatinah tidak mau kembali ke tanah kelahirannya, Kebumen, Jawa Tengah. Alasannya, Yatinah malu kepada saudara-saudaranya di Kebumen yang hidup serba kecukupan.

Roda kehidupan belum berhenti berputar sebelum napas terhenti. Itulah sebabnya, keluarga Misno dan transmigran lain tak mau menyerah pada keadaan. Karena esok adalah dunia penuh harapan. Kerja keras masih menjadi tekad demi kehidupan yang lebih baik buat mereka.(ZAQ)

source : http://www.liputan6.com/progsus/?id=39068


Baca seterusnya........

Menteri Resmikan KTM

Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang dipusatkan di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalsel, Sabtu 19 Juli diresmikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Erman Suparno.

Peresmian KTM dipusatkan di tugu Jembatan Rumpiang di Kecamatan Cirebon Kabupaten Barito Kuala.

Kabupaten Batola merupakan salah satu Kabupaten yang terpilih dari 11 Kabupten di seluruh Indonesia, bahkan menjadi pusat sebagai konsep dari KTM.

Konsep dari KTM pertamakali ada di Batola, begitu juga sistem dan penerapannya berpusat di Batola. KTM berawal dengan adanya kunjungan dari Menakertrans ke Desa Sampurna 2006 lalu, untuk melihat varietas bibit unggul.

“Saat itu setelah konsep KTM dipolakan dan diterangkan di Jakarta pada 25 Januari 2006. Kita mempresentasikannya di sana pihak Departemen Nakertrans belum mengerti KTM,” ujar Supriyono, Sekretariat Daerah Batola.

KTM merupakan konsep perdesaan-perkotaan yang pada intinya meningkatkan percepatan perekonomian masyarakat desa. Awalnya konsep ini dibuat Supriyono, yang saat itu menjabat Kepala Bapedalda Batola. (dua)

source : http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/40499/449/

Baca seterusnya........
FEEDJIT Live Traffic Map FEEDJIT Live Traffic Feed FEEDJIT Recommended Reading

Blogspot Template by Isnaini Dot Com